Senin, 11 November 2013

Kebahagiaan Dalam Kesedihan


                Dibilang nrima belum bisa, dibilang cemburu ga juga. Bingung lah dengan sikapku yang sekarang ini, aku sulit untuk menerima kenyataan, aku masih sayang sama dia. Walaupun  takdir tidak memihak kepadaku, tapi aku harus gimana lagi ?
… Aku belum bisa melupakan dia dari memoriku, hanya dia, dia, dan hanya dia yang terlintas di ingatanku. Jikalau memang dia jodohku, pasti akan kembali padaku, dan Allah Maha tau dari pada hambanya, karena Allah mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Aku sadar, aku bukanlah siapa-siapa dan aku baru sadar setelah putus dengannya kalau sebenarnya aku tuh sayang banget sama dia. Aku nyesel pernah ada hubungan special dengannya. Jika seperti ini yang akan terjadi dan jika waktu dapat berputar kembali, akan ku perbaikki semuanya dan aku tidak akan menerima cintanya. Aku hanya ingin persahabatanku kembali lagi seperti dulu …. Aku kangen dengan sahabat-sahabatku termasuk dia. Memang, semua aku serahkan kepadamu ya Robb, tapi bukan ini yang ku mau, apakah di balik semua ini ? … Jika memang ini akibat dari pada ulahku, aku benar-benar menyesal… aku ingin sahabatku kembali. Ya Allah,, izinkanlah aku tetap jadi sahabatnya, semoga suatu saat nanti kita tetap jadi sahabat meskipun sekarang ini dia menjauh dariku ….
Sejenak Syarah menghentikan oret-oretannya di atas buku hariannya. Tanpa sengaja dia juga meneteskan air matanya. Perlahan-lahan Syarah menutup bku hariannya dengan memandang foto kenangan bersama Robbin. Syarah teringat saat Robbin mengucapkan “Maaf, aku ga bisa memakai kaos bola dengan nomor punggung 17, karena aku telat datengnya… Jadi seadanya deh dapet kaos bolanya, kan kamu tahu sendiri aku tadi pagi sibuk… Dan jangan lupa dukung aku di tournament bola nanti sore”.
“aku kangen dengan kata-kata kamu, aku kangen dengan perhatian kamu.” Katanya dalam hati. Andaikan kita masih jadi sahabat seperti dulu, mungkin hal ini ga akan terjadi. “kapan sih kamu tahu tentang perasaanku kepadamu ? … Aku ga seperti yang kamu kira , aku bukan cwe yang Cuma bisa mempermainkan cwo seenaknya, aku bener-bener sayang sama kamu, kapan kamu menyadarinya ? .. Kapan ? ..” lanjutnya dalam hati seraya memperolok-olok dirinya. “Mungkin ini memang yang terbaik untuk aku dan kamu, tetapi kenapa hampir 1 tahun aku belum bisa menerimanya ? ..”
                Kemudian Syarah tertidur lelap dengan menyandarkan kepalanya di meja belajarnya dan kebetulan pintu tidak di tutup, sehingga kak Rafa masuk dan membaringkan adiknya di tempat tidur, setelah Rafa mengangkat Syarah, tidak sengaja Rafa melihat buku harian Syarah dan mulai membuka lembar demi lembar dan Rafa juga membaca isi buku hariannya sekaligus tulisan yang barusan Syarah tuliskan. Dan Rafa baru menyadari jika adiknya sedang patah hati. Sambil menutup buku harian Syarah, dengan kebetulan Rafa melihat foto di bawah buku harian Syarah, dan ternyata itu adalah foto Robbin adik kelas dan juga temannya 1 team dalam sepak bola. Dari saat itulah Rafa tahu cowok yang selama ini diidam-idamkan oleh adik satu-satunya, dan ternyata cowok itu adalah partnernya dalam team bola.
                Keesokan harinya, dan karena sekarang masih libur semester, Rafa pagi-pagi sekali membangunkan Syarah dan mengajaknya jogging. Mau tidak mau, Syarah harus menuruti perintah kakaknya tersebut, tapi sebelum berangkat mereka sholat subuh berjama’ah. Waktu di perjalanan, Rafa nenya-nanya tentang Robbin kepada Syarah, meskipun sedikit canggung, Syarah menjawabnya dengan tenang dan penuh percaya diri.
“maafin kakak yah…” kata Rafa yang membuat Syarah menghentikan langkahnya.
“maaf untuk apa kak ? ..” seraya  menghentikan langkahnya dan memandang tajam Rafa.
“kakak baru menyadari kalo cowok yang kamu suka dan sudah membuat kamu patah hati adalah partner kakak dalam club bola.” Jawabnya dengan menepuk pelan bahu Syarah.
“oh itu kak,” sambungnya dengan menunduk dan berkaca.
“jangan cengeng, ayo duduk dulu sini.” Ajaknya dengan meraih tangan Syarah dan menyeretnya ke tempat duduk di taman yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat tinggal mereka.
“makasih yah kak … kak, aku boleh minjem bahu kakak ngga?” katanya dengan meneteskan air mata.
“jangankan bahu, dada juga boleh dik…” jawabnya dengan membuka lebar tangannya.
Tidak lama kemudian,Syarah langsung memeluk erat Rafa dan menangis di pelukan kakaknya. Bisa di bilang ini adalah pelukan pertama yang ia dapatkan dari kakaknya karena selama ini Rafa sibuk dengan hidupnya sendiri dan jarang bahkan tidak pernah memperhatikan adiknya. Setelah itu, mereka pulang dan mulai saat itulah Rafa sayang sama adiknya dan berjanji akan menjaga adiknya.
“Dik, besok ada tournament bola, kamu nonton yah…” sambil meraih buah apel yang ada di dalam kulkas dan melahapnya.
“iya kak, btw Robbin mainkapan kak ? ..” tanyanya blak-blakkan.
“dia kan tim B, jadi mainnya lusa.” Jawabnya denngan tersenyum.
“aku do’a.in semoga tim kakak dan ti Robbi menang… Amin”
“iya dik, makasih…”
“kak, boleh nanya ga ? ..” tanyanya dengan wajah sangat serius.
“iya dik, boleh .. nanya apa ? ..”
“Robbin sekarang deket sama siap sih ka ? ..”
“kakak kurang tahu, tapi kemaren lit pesan masuknya, dari temen-temen kamu.” Jawabnnya.
“smsnya romantic yah kak ? ..” tanyanya dengan mendesak.
“yah,, bisa dibilang seperti itu.. jangan cengeng loh..”
“iya kak lah ..” dengan menundukan kepalanya.
“tuh, kan mulai lagi .. kenapa sih harus Robbbi ? .. cowok masih banyak kali, ga Cuma Robbi doing..” katannya denga menenangkan hati adiknya.
“iya kak, tapi aku masih sulit kak, untuk menerima semua ini, aku masih sayang sama Robbi kak .. kapan dia tahu tentang perasaanku yang sebenarnya kepadanya ? ..”
“kamu yang sabar dik, di balik semua ini pasti ad hikmahnya, dan mungkin Robbi bukan cowok yang baik untuk kamu.” Lanjutnya.
“Tapi kak,, kenapa harus Robbin yang sulit untuk dilupakan ? ..”
“kamu mending cari cowok lain aja dik lah ,, apa mau kakak cariin ? ..” jawabnya dengan memandang Syarah penuh arti dan penuh keyakinan.
“gal ah kak, aku akan menunggu Robbin, sampai dia bener-bener sadar kalo aku tuh tuus sayang sama dia, aku bukan cewek seperti yang dia kira.” Jelasnya denga berkaca.
“ya sudah kalo memang itu kemauan kamu, tapi inget jangan sampai masalah seperti ini mengganggu konsentrasi belajar kamu.” Lanjutnya kemudian.
“iya kak, kak aku kanngen sam Robbin ka..”
“iya sudah, besok  ikut liat kakak main, pasti Robbin ada.” Jawabnya.
“iya deh ka …”
                Pagi yang cerah seperti suasana hati Syarah yang sedang bahagia karena tidak sabar untuk melihat Robbin, meskipun bukan sore ini Robbin mainnya. Rafa yang mengetahui perasaan adiknya hanya tersenyum bahagia. Waktu terus berlalu dan hari sore pun tiba. Rafa yang kali ini main, berangkat lebih awal dari pada Syarah. Waktu menunjukan pukul 15.15 Syarah prepare berangkat ke stadion. Meskipun Syarah senang, tetapi dia ga berani untuk sms Robbin, melainkan melalui temannya Wati yang kebetuan masih saudaranya, karena Syarah tahu Watilah yang sedang dekat dengan Robbin. Walaupun Wati dekat dengan Robbin tapi, Syarah tidak merasa cemburu kepada Wati, meskipun terkadang memang bayangan Robbin sempat terlintas dan membuatnya teringat dengan masa lalu bersama Robbin. Tepatnya pukul 15.30 Syarah dan teman-temannya sampai di stadion. Sesampainya di stadion, Syarah yang tidak sabar melihat Robbin bertanya-tanya kepada Wati, jika Robbin sedang berada di mana, tapi baru saja dia menyudahi perkataannya tiba-tiba Syarah melihat Robbin yang sedang berada di belakang gawang sebelah Barat dengan mengenakan celana jeans hitam dan kaos warna hitam. Pertandingan yang sudah mulai sengit antara teamnya Rafa dengan lawannya, tetapi teamnya Rafa sudah menduduki 1 poin lebih tinggi. Disamping senang dengan keberhasilan teamnya kakaknya, Syarah juga senang karena bisa melihat Robbin. Pertandingan sudah selesai dan dimenangkan oleh teamnya Rafa.
“kak, selamat yah…. Meskipun kakak tidah nyetak goal, tapi teamnya kakak menang.” Kata Syarah seraya mendekati Rafa dan menyalaminya.
“heheh… iya dik, terimakasih.” Jawabnya dengan malu-malu.
“kakak mau pulang bareng Syarah apa gimana ? ..”
“ga lah, kakak mau pulang sama temen-temen dan kayaknya pulangnya agak sorean.” Jawabnya dengan melihat kea rah temen-temennya.
“iya kak… ya sudah, aku pulang dulu yah kak..” kata Syarah seraya membalikan badannya untuk pulang.
                Syarah dan teman-temannya akhirnya pulang dan tidak lupa mereka pulang dengan canda tawanya. Tidak lama kemudian Syarah sudah sampai rumah dan ternyata Rafa sudah sampai rumah duluan.
“dik, kok kamu baru nyampe sih ? … hayo kemana aja ? …” tanyanya denngan rasa ingin tahu.
“anu itu kak ,, tadi aku pulangnya mampir ke rumah temen …” jawabnya dengan gelagepan.
“mampir ke rumah temen apa ketemuan sama pacarnya ? ..” ledeknya dengan mengambil secangkir the hangat di meja tamu.
“ih, kakak apa-apaan sih, ya ga,, aku juga belum punya pacar kok … percaya kenapa sih kak.” Jawabnya kemudian.
“iya deh iya, kakak percaya.. gimana tadi ? ..” lanjutnya kemudian.
“apanya kak yang gimana ? ..” jawab Syarah kebingungan.
“siapa lagi kalo bukan Robbin lah, tadi kamu ketemu dia mbok ? ..” lanjutnnya.
“ga ketemu kok kak ,, orang Cuma liat dari jauh kok.”
“oh gitu, ya sudah Shotat yuk..” ajakya seraya meletakan cangkirnya kembali.
“iya kak …” jawabnya sambil menujuu kamar.
                Syarah dan Rafa akhirnya Sholat berjama’ah hanya berdua karena ayah dan ibunya sedang tidak ada di rumah. Setelah mereka Sholat barulah mereka makan malam dan dilanjut dengan nonton film horror. Tepatnya pukul 20.00 mereka sudah tertidu di ruang santai sampai pagi.
“kak, bangun… kak Rafa bangun…” kata Syarah denang membangunkan kakaknya.
“iya, bentar lagi… masih ngantuk nih..” jawabnya dengan mata merem.
“udah jam lima kak, sholat dulu.. ntar dilanjut lagi tidurnya.” Sambil menarik slimut kakanya.
“iya de, iya ..” jawabnya.
                Rafa dan Syarah pun sholat berjamaah, tetapi kali ini Rafa bener-bener rajin, dia mau bantu-bantu adiknya walaupun sebenarnya dia masih kecapean karena main bola kemaren. Mereka berdua selain masak juga beres-beres rumah. Barulah setelah selesai Rafa melanjutkan tidurnya sampai zuhur. Seperti biasa Syarah membangunkan kakaknya untuk Sholat zuhur. Kali ini Rafa tidak susah untuk dibangunin, melainkan Syarah baru membuka pintu kamarnya, Rafa sudah bangun dan bertanya kepada Syarah.
“sudah waktunya Sholat yah de ? ..” tanyanya dengan perlahan-lahan membuka matanya.
“iya kak.. tumben banget belum di bangunin sudah bangun duluan.” Katanya seraya mendekat kepada kakaknya yang masih terlentan di atas ranjangnya.
“iya sudah, ayo sholat,, kok malah kamu ke kakak sih.”
“kakaknya ajah masih bobox, kakak bangun ya…”
                Setelah itu, mereka Sholat berjama’ah bardua, baru kemudian mereka makan siang sambil nonton tv. Seperti layaknya seorang kakak beradik, mereka pasti berantem tetapi sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah. Dan pada akhirnya Rafa yang mengalah, itu saja karena ada yang telfon Rafa, jadi Rafa harus mengangkat telfonnya dulu. Setelah selesai, Rafa mendekati Syarah yagng sedang mengoperasikan Laptopnya.
“Hayo.. lagi liat foto siapa tuh…” katanya dari belakang Syarah.
“ihh, apaan sih kakak… ngaget-ngagetin aja.” Dengan menutup laptopnya.
“alah, tadi siapa tuh… tapi kakak kelihatannya kenal deh sama itu orang.” Jawabnya kemudian.
“siapa coba ? .. ngarang banget, aku kan lagi ga liat foto.” Jawabnya pura-pura.
“alah, kakak tahu kok,, ciiie senengnya yang ntar sore pangerannya mau main bola..” ledenya kemudian.
“iya donk,, kenapa emang ? … Syirik yah ? ..”
“ga sih, biasa aja, ngapain juga Syirik ga ada gunanya.”
“iya udah donk, ga usah ngledek-ngledek terus.”
“iya iya…. Ntar sore mau nonton ga ? ..” tanyanya kemudian.
“harus donk… dukunganku gitu..” sambil melirik kakaknya.
“gayanya… mau bareng kakak apa ga ? ..”
“bolehh…”
                Mereka bercanda-canda dan kemudian mereka prepare untuk ke stadion. Sesampainya di stadion, Syarah dan Rafa gabung dengan Wati dan  teman-temannya. Dan pada saat itu juga, team Robbin sedang mengelilingi Lapangan sebelum main. Robbin terlihat sangat gagah dan tampan saat mengenakan costume bolanya warna orange, kaos kaki warna hitam, dan sepatu warna kuning. Apalagi kelihatannya dia baru potong rambut, tambah menarik deh dilihatnya. Syarah tidak menyangka kalo Robbin mengenakan kaos dengan nomor punggung 17, bener-bener suatu kebahagiaan untuk Syarah.
Permainan pun dimulai dan Robbin sebagai. Syarah menyaksikan dengan penuh seksama dan mensuport sangat mensuport Robbin. Dengan meneteskan air mata Syarah terus bersorak-sorak untuk Robbin, Syarah sangat bersyukur masih bisa melihat Robbin main di lapangan apa lagi dengan nomor punggung 17, suatu kebanggaan tersendiri unuk Syarah. Bagi Syarah Robbin main dengan sangat cantik, tapi Syarah juga ketakutan saat melihat Robbin terjatuh, takut kalo Robbin cidera dan digantikan dengan pemain yang lain, karena di babak pertama team Robbin belum mendapatkan poin dan Robbin pun belum mencetak goal. Seiring bergulirnya waktu Babak pertama sudah selesai dan ternyata kedudukan masih imbang, yaitu 0-0, hati Syarah semakin deg-degan, takut kalo team Robbin kalah, meskipunmenang dan kalahnya sudah ada yang nentuin (Allah swt.). Babak kedua pun dimulai, berkali-kali Robbin menggiring bola dengan sangat cantik dan berkali-kali pula hampir mencetak goal, tapi gagal. Tapi, pada akhirnya Robbin pun mencetak goal. Betapa senangnya hati Syarah saat melihat dengan mata kepalanya sendiri Robbin dapat mencetak goal. Syarah bersyukur sekali dan sekarang kedudukan 1-0 untuk teamnya Robbin. Tidak begitu lama, teamnya Robbin pun mencetak goal lagi, tapi kali ini bukan Robiin yang mencetak goal. Syarah tambah bersyukur, dan di waktu yang sama juga Robbin cidera dan harus digantikan dengan pemain lainnya. Betapa terpukulnya hati Syarah saat melihat kejadian tersebut. Tidak begitu lama dari kejadian itu, wasit membunyikan peluit tanda pemainan telah selesai, dengan artian, teamnya Robbin yang menang,, walaupun begitu Syarah juga sedih karena Robbin masih kesakitan dan Syarah berdo’a semoga Robbin cepat sembuh.
Setelah permainan selesai, Syarah, Rafa, Wati dan teman-temannya pulang. Sesampainya di rumah, Syarah terus-terusan di ledek sama Rafa.
“ciie, senengnya team pujaannya menang, apalagi pujaannya sendiri bisa nyetak goal.”
“iya donk kak, tapi kakak biasa aja donk ga usah kaya gitu banget kenapa .” jawabnya dengan cemberut.
“iya deh, iya… Syukurannya donk.” Lanjutnya.
“syukuran apaan ? .. Robbin aja ga mengharapkan Suport dari aku kok ka … Dia mengharapkan support dari Wati, bukan aku kak.” Jawabnya dengan menundukan kepala.
“jangan sedih gitu kenapa, belum tentu Robbin seperti yang kamu fikirkan, sapa tahu malah sebaliknya, Robbin sangat mengharapkan support dari kamu tanpa sepengetahuanmu.” Lanjutnya dengan menenangkan hati adiknya.
“tapi kak, ga mungkin … Dia aja sekarang deket sama Wati, dia kaya suka sama Wati.” Selanya.
“apa kamu lupa , semua orang bisa melakukan apa saja untuk menutup-nutupi perasaannya yang sebenarnya, dan Robbin juga bisa melakukan hal seperti itu…” jawabnya untuk meyaknkannya.
“Yakin dengan ketetapan Allah, kalau memang Robbin diciptakan untuk kamu, pasti dia akan kembali kepadamu, apapun carana. Ingat itu dik..” lanjutnya untuk menuturi adiknya.
“iya kak, ..” jawabnya dengan menundukan kepala dan cemberut.
“Dan perlu kamu tahu, Robbin juga tadi memakai kaos dengan nomor punggung 17, nah Robbing juga upload foto memakai kaos bola dengan nomor punggung 17 juga, apa arti dari itu semua dik, kalo emang Robbin melupakanmu.”
“iya kak, aku tahu… tapi kenapa setiap kali aku sms dia, walaupun smsnya jarang, kenapa ga pernah di bales kak ? .. apa arti itu semua juga ? ..” jawabnya dengan meneteskan air mata.
“kakak tahu perasaan kamu sekarang dik, kamu mungkin belum bisa nglupain dia 100%, tapi kakak yakin kamu pasti bisa melupakannya. Berusaha untuk merelakan dia untuk orang lain dik.”
“sudah kak, aku sudah berusaha untuk merelakan dia, tapi terkadang bayangan dia selalu menghantuiku, sulit ka untuk nglupain dia, semakin aku melupakan dia, semakin kuat rasa sayang aku ke dia ka.” Lanjutnya dengan mengoperasikan hpnya.
“kamu yang sabar dik, kamu berusaha untuk mencari penggantinya sih, masa sampai sekarang kamu belum bisa membuka hati kamu untuk orang lain sih ? ..”
“maaf kak, kalo masalah itu, aku emang belum bisa, aku belum bisa membuka hati aku untuk orang lain, aku masih mengharapkan dia kembali.” Jawabnya.
“ingat dik, cinta ga harus memiliki, serahkan semuanya kepada Allah swt.”
                Syarah semakin tidak bisa berkata apa-apa lagi dan akhirnya Rafa pun memeluk Syarah dan berusaha untuk menenangkan adiknya. Rafa mengerti betapa sakitnya perasaan adiknya saat ini, walaupun sebenarnya dari dulu Rafa belum mengizinkan adiknya untuk berpacaran karena takut hal ini akan terjadi kepada adiknya dan ternyata terjadi juga kepada adiknya.



..oO0selesai0Oo..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar