Dibilang
nrima belum bisa, dibilang cemburu ga juga. Bingung lah dengan sikapku yang
sekarang ini, aku sulit untuk menerima kenyataan, aku masih sayang sama dia.
Walaupun takdir tidak memihak kepadaku,
tapi aku harus gimana lagi ?
… Aku belum bisa melupakan dia dari memoriku, hanya dia, dia, dan hanya dia yang terlintas di ingatanku. Jikalau memang dia jodohku, pasti akan kembali padaku, dan Allah Maha tau dari pada hambanya, karena Allah mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Aku sadar, aku bukanlah siapa-siapa dan aku baru sadar setelah putus dengannya kalau sebenarnya aku tuh sayang banget sama dia. Aku nyesel pernah ada hubungan special dengannya. Jika seperti ini yang akan terjadi dan jika waktu dapat berputar kembali, akan ku perbaikki semuanya dan aku tidak akan menerima cintanya. Aku hanya ingin persahabatanku kembali lagi seperti dulu …. Aku kangen dengan sahabat-sahabatku termasuk dia. Memang, semua aku serahkan kepadamu ya Robb, tapi bukan ini yang ku mau, apakah di balik semua ini ? … Jika memang ini akibat dari pada ulahku, aku benar-benar menyesal… aku ingin sahabatku kembali. Ya Allah,, izinkanlah aku tetap jadi sahabatnya, semoga suatu saat nanti kita tetap jadi sahabat meskipun sekarang ini dia menjauh dariku ….
… Aku belum bisa melupakan dia dari memoriku, hanya dia, dia, dan hanya dia yang terlintas di ingatanku. Jikalau memang dia jodohku, pasti akan kembali padaku, dan Allah Maha tau dari pada hambanya, karena Allah mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Aku sadar, aku bukanlah siapa-siapa dan aku baru sadar setelah putus dengannya kalau sebenarnya aku tuh sayang banget sama dia. Aku nyesel pernah ada hubungan special dengannya. Jika seperti ini yang akan terjadi dan jika waktu dapat berputar kembali, akan ku perbaikki semuanya dan aku tidak akan menerima cintanya. Aku hanya ingin persahabatanku kembali lagi seperti dulu …. Aku kangen dengan sahabat-sahabatku termasuk dia. Memang, semua aku serahkan kepadamu ya Robb, tapi bukan ini yang ku mau, apakah di balik semua ini ? … Jika memang ini akibat dari pada ulahku, aku benar-benar menyesal… aku ingin sahabatku kembali. Ya Allah,, izinkanlah aku tetap jadi sahabatnya, semoga suatu saat nanti kita tetap jadi sahabat meskipun sekarang ini dia menjauh dariku ….
Sejenak Syarah
menghentikan oret-oretannya di atas buku hariannya. Tanpa sengaja dia juga
meneteskan air matanya. Perlahan-lahan Syarah menutup bku hariannya dengan
memandang foto kenangan bersama Robbin. Syarah teringat saat Robbin mengucapkan
“Maaf, aku ga bisa memakai kaos bola dengan nomor punggung 17, karena aku telat
datengnya… Jadi seadanya deh dapet kaos bolanya, kan kamu tahu sendiri aku tadi
pagi sibuk… Dan jangan lupa dukung aku di tournament bola nanti sore”.
“aku kangen
dengan kata-kata kamu, aku kangen dengan perhatian kamu.” Katanya dalam hati.
Andaikan kita masih jadi sahabat seperti dulu, mungkin hal ini ga akan terjadi.
“kapan sih kamu tahu tentang perasaanku kepadamu ? … Aku ga seperti yang kamu
kira , aku bukan cwe yang Cuma bisa mempermainkan cwo seenaknya, aku
bener-bener sayang sama kamu, kapan kamu menyadarinya ? .. Kapan ? ..”
lanjutnya dalam hati seraya memperolok-olok dirinya. “Mungkin ini memang yang
terbaik untuk aku dan kamu, tetapi kenapa hampir 1 tahun aku belum bisa menerimanya
? ..”
Kemudian Syarah tertidur lelap
dengan menyandarkan kepalanya di meja belajarnya dan kebetulan pintu tidak di
tutup, sehingga kak Rafa masuk dan membaringkan adiknya di tempat tidur,
setelah Rafa mengangkat Syarah, tidak sengaja Rafa melihat buku harian Syarah
dan mulai membuka lembar demi lembar dan Rafa juga membaca isi buku hariannya
sekaligus tulisan yang barusan Syarah tuliskan. Dan Rafa baru menyadari jika
adiknya sedang patah hati. Sambil menutup buku harian Syarah, dengan kebetulan
Rafa melihat foto di bawah buku harian Syarah, dan ternyata itu adalah foto
Robbin adik kelas dan juga temannya 1 team dalam sepak bola. Dari saat itulah
Rafa tahu cowok yang selama ini diidam-idamkan oleh adik satu-satunya, dan
ternyata cowok itu adalah partnernya dalam team bola.
Keesokan harinya, dan karena
sekarang masih libur semester, Rafa pagi-pagi sekali membangunkan Syarah dan
mengajaknya jogging. Mau tidak mau, Syarah harus menuruti perintah kakaknya
tersebut, tapi sebelum berangkat mereka sholat subuh berjama’ah. Waktu di
perjalanan, Rafa nenya-nanya tentang Robbin kepada Syarah, meskipun sedikit
canggung, Syarah menjawabnya dengan tenang dan penuh percaya diri.
“maafin kakak
yah…” kata Rafa yang membuat Syarah menghentikan langkahnya.
“maaf untuk apa
kak ? ..” seraya menghentikan langkahnya
dan memandang tajam Rafa.
“kakak baru
menyadari kalo cowok yang kamu suka dan sudah membuat kamu patah hati adalah
partner kakak dalam club bola.” Jawabnya dengan menepuk pelan bahu Syarah.
“oh itu kak,”
sambungnya dengan menunduk dan berkaca.
“jangan cengeng,
ayo duduk dulu sini.” Ajaknya dengan meraih tangan Syarah dan menyeretnya ke
tempat duduk di taman yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat tinggal
mereka.
“makasih yah kak
… kak, aku boleh minjem bahu kakak ngga?” katanya dengan meneteskan air mata.
“jangankan bahu,
dada juga boleh dik…” jawabnya dengan membuka lebar tangannya.
Tidak lama
kemudian,Syarah langsung memeluk erat Rafa dan menangis di pelukan kakaknya.
Bisa di bilang ini adalah pelukan pertama yang ia dapatkan dari kakaknya karena
selama ini Rafa sibuk dengan hidupnya sendiri dan jarang bahkan tidak pernah
memperhatikan adiknya. Setelah itu, mereka pulang dan mulai saat itulah Rafa
sayang sama adiknya dan berjanji akan menjaga adiknya.
“Dik, besok ada
tournament bola, kamu nonton yah…” sambil meraih buah apel yang ada di dalam
kulkas dan melahapnya.
“iya kak, btw
Robbin mainkapan kak ? ..” tanyanya blak-blakkan.
“dia kan tim B,
jadi mainnya lusa.” Jawabnya denngan tersenyum.
“aku do’a.in
semoga tim kakak dan ti Robbi menang… Amin”
“iya dik,
makasih…”
“kak, boleh
nanya ga ? ..” tanyanya dengan wajah sangat serius.
“iya dik, boleh
.. nanya apa ? ..”
“Robbin sekarang
deket sama siap sih ka ? ..”
“kakak kurang
tahu, tapi kemaren lit pesan masuknya, dari temen-temen kamu.” Jawabnnya.
“smsnya romantic
yah kak ? ..” tanyanya dengan mendesak.
“yah,, bisa
dibilang seperti itu.. jangan cengeng loh..”
“iya kak lah ..”
dengan menundukan kepalanya.
“tuh, kan mulai
lagi .. kenapa sih harus Robbbi ? .. cowok masih banyak kali, ga Cuma Robbi
doing..” katannya denga menenangkan hati adiknya.
“iya kak, tapi
aku masih sulit kak, untuk menerima semua ini, aku masih sayang sama Robbi kak
.. kapan dia tahu tentang perasaanku yang sebenarnya kepadanya ? ..”
“kamu yang sabar
dik, di balik semua ini pasti ad hikmahnya, dan mungkin Robbi bukan cowok yang
baik untuk kamu.” Lanjutnya.
“Tapi kak,,
kenapa harus Robbin yang sulit untuk dilupakan ? ..”
“kamu mending
cari cowok lain aja dik lah ,, apa mau kakak cariin ? ..” jawabnya dengan
memandang Syarah penuh arti dan penuh keyakinan.
“gal ah kak, aku
akan menunggu Robbin, sampai dia bener-bener sadar kalo aku tuh tuus sayang
sama dia, aku bukan cewek seperti yang dia kira.” Jelasnya denga berkaca.
“ya sudah kalo
memang itu kemauan kamu, tapi inget jangan sampai masalah seperti ini
mengganggu konsentrasi belajar kamu.” Lanjutnya kemudian.
“iya kak, kak
aku kanngen sam Robbin ka..”
“iya sudah,
besok ikut liat kakak main, pasti Robbin
ada.” Jawabnya.
“iya deh ka …”
Pagi yang cerah seperti suasana
hati Syarah yang sedang bahagia karena tidak sabar untuk melihat Robbin,
meskipun bukan sore ini Robbin mainnya. Rafa yang mengetahui perasaan adiknya
hanya tersenyum bahagia. Waktu terus berlalu dan hari sore pun tiba. Rafa yang
kali ini main, berangkat lebih awal dari pada Syarah. Waktu menunjukan pukul 15.15
Syarah prepare berangkat ke stadion. Meskipun Syarah senang, tetapi dia ga
berani untuk sms Robbin, melainkan melalui temannya Wati yang kebetuan masih
saudaranya, karena Syarah tahu Watilah yang sedang dekat dengan Robbin.
Walaupun Wati dekat dengan Robbin tapi, Syarah tidak merasa cemburu kepada Wati,
meskipun terkadang memang bayangan Robbin sempat terlintas dan membuatnya teringat
dengan masa lalu bersama Robbin. Tepatnya pukul 15.30 Syarah dan teman-temannya
sampai di stadion. Sesampainya di stadion, Syarah yang tidak sabar melihat
Robbin bertanya-tanya kepada Wati, jika Robbin sedang berada di mana, tapi baru
saja dia menyudahi perkataannya tiba-tiba Syarah melihat Robbin yang sedang berada
di belakang gawang sebelah Barat dengan mengenakan celana jeans hitam dan kaos
warna hitam. Pertandingan yang sudah mulai sengit antara teamnya Rafa dengan
lawannya, tetapi teamnya Rafa sudah menduduki 1 poin lebih tinggi. Disamping
senang dengan keberhasilan teamnya kakaknya, Syarah juga senang karena bisa
melihat Robbin. Pertandingan sudah selesai dan dimenangkan oleh teamnya Rafa.
“kak, selamat
yah…. Meskipun kakak tidah nyetak goal, tapi teamnya kakak menang.” Kata Syarah
seraya mendekati Rafa dan menyalaminya.
“heheh… iya dik,
terimakasih.” Jawabnya dengan malu-malu.
“kakak mau
pulang bareng Syarah apa gimana ? ..”
“ga lah, kakak
mau pulang sama temen-temen dan kayaknya pulangnya agak sorean.” Jawabnya
dengan melihat kea rah temen-temennya.
“iya kak… ya
sudah, aku pulang dulu yah kak..” kata Syarah seraya membalikan badannya untuk
pulang.
Syarah dan teman-temannya
akhirnya pulang dan tidak lupa mereka pulang dengan canda tawanya. Tidak lama
kemudian Syarah sudah sampai rumah dan ternyata Rafa sudah sampai rumah duluan.
“dik, kok kamu
baru nyampe sih ? … hayo kemana aja ? …” tanyanya denngan rasa ingin tahu.
“anu itu kak ,,
tadi aku pulangnya mampir ke rumah temen …” jawabnya dengan gelagepan.
“mampir ke rumah
temen apa ketemuan sama pacarnya ? ..” ledeknya dengan mengambil secangkir the
hangat di meja tamu.
“ih, kakak
apa-apaan sih, ya ga,, aku juga belum punya pacar kok … percaya kenapa sih
kak.” Jawabnya kemudian.
“iya deh iya,
kakak percaya.. gimana tadi ? ..” lanjutnya kemudian.
“apanya kak yang
gimana ? ..” jawab Syarah kebingungan.
“siapa lagi kalo
bukan Robbin lah, tadi kamu ketemu dia mbok ? ..” lanjutnnya.
“ga ketemu kok
kak ,, orang Cuma liat dari jauh kok.”
“oh gitu, ya
sudah Shotat yuk..” ajakya seraya meletakan cangkirnya kembali.
“iya kak …”
jawabnya sambil menujuu kamar.
Syarah dan Rafa akhirnya Sholat
berjama’ah hanya berdua karena ayah dan ibunya sedang tidak ada di rumah.
Setelah mereka Sholat barulah mereka makan malam dan dilanjut dengan nonton
film horror. Tepatnya pukul 20.00 mereka sudah tertidu di ruang santai sampai
pagi.
“kak, bangun…
kak Rafa bangun…” kata Syarah denang membangunkan kakaknya.
“iya, bentar
lagi… masih ngantuk nih..” jawabnya dengan mata merem.
“udah jam lima
kak, sholat dulu.. ntar dilanjut lagi tidurnya.” Sambil menarik slimut kakanya.
“iya de, iya ..”
jawabnya.
Rafa dan Syarah pun sholat
berjamaah, tetapi kali ini Rafa bener-bener rajin, dia mau bantu-bantu adiknya
walaupun sebenarnya dia masih kecapean karena main bola kemaren. Mereka berdua
selain masak juga beres-beres rumah. Barulah setelah selesai Rafa melanjutkan
tidurnya sampai zuhur. Seperti biasa Syarah membangunkan kakaknya untuk Sholat
zuhur. Kali ini Rafa tidak susah untuk dibangunin, melainkan Syarah baru
membuka pintu kamarnya, Rafa sudah bangun dan bertanya kepada Syarah.
“sudah waktunya
Sholat yah de ? ..” tanyanya dengan perlahan-lahan membuka matanya.
“iya kak..
tumben banget belum di bangunin sudah bangun duluan.” Katanya seraya mendekat
kepada kakaknya yang masih terlentan di atas ranjangnya.
“iya sudah, ayo
sholat,, kok malah kamu ke kakak sih.”
“kakaknya ajah
masih bobox, kakak bangun ya…”
Setelah itu, mereka Sholat
berjama’ah bardua, baru kemudian mereka makan siang sambil nonton tv. Seperti
layaknya seorang kakak beradik, mereka pasti berantem tetapi sama-sama keras
kepala dan tidak ada yang mau mengalah. Dan pada akhirnya Rafa yang mengalah,
itu saja karena ada yang telfon Rafa, jadi Rafa harus mengangkat telfonnya
dulu. Setelah selesai, Rafa mendekati Syarah yagng sedang mengoperasikan
Laptopnya.
“Hayo.. lagi
liat foto siapa tuh…” katanya dari belakang Syarah.
“ihh, apaan sih
kakak… ngaget-ngagetin aja.” Dengan menutup laptopnya.
“alah, tadi
siapa tuh… tapi kakak kelihatannya kenal deh sama itu orang.” Jawabnya
kemudian.
“siapa coba ? ..
ngarang banget, aku kan lagi ga liat foto.” Jawabnya pura-pura.
“alah, kakak
tahu kok,, ciiie senengnya yang ntar sore pangerannya mau main bola..” ledenya
kemudian.
“iya donk,,
kenapa emang ? … Syirik yah ? ..”
“ga sih, biasa
aja, ngapain juga Syirik ga ada gunanya.”
“iya udah donk,
ga usah ngledek-ngledek terus.”
“iya iya…. Ntar
sore mau nonton ga ? ..” tanyanya kemudian.
“harus donk…
dukunganku gitu..” sambil melirik kakaknya.
“gayanya… mau
bareng kakak apa ga ? ..”
“bolehh…”
Mereka bercanda-canda dan
kemudian mereka prepare untuk ke stadion. Sesampainya di stadion, Syarah dan
Rafa gabung dengan Wati dan
teman-temannya. Dan pada saat itu juga, team Robbin sedang mengelilingi
Lapangan sebelum main. Robbin terlihat sangat gagah dan tampan saat mengenakan
costume bolanya warna orange, kaos kaki warna hitam, dan sepatu warna kuning.
Apalagi kelihatannya dia baru potong rambut, tambah menarik deh dilihatnya.
Syarah tidak menyangka kalo Robbin mengenakan kaos dengan nomor punggung 17,
bener-bener suatu kebahagiaan untuk Syarah.
Permainan pun
dimulai dan Robbin sebagai. Syarah menyaksikan dengan penuh seksama dan
mensuport sangat mensuport Robbin. Dengan meneteskan air mata Syarah terus
bersorak-sorak untuk Robbin, Syarah sangat bersyukur masih bisa melihat Robbin
main di lapangan apa lagi dengan nomor punggung 17, suatu kebanggaan tersendiri
unuk Syarah. Bagi Syarah Robbin main dengan sangat cantik, tapi Syarah juga
ketakutan saat melihat Robbin terjatuh, takut kalo Robbin cidera dan digantikan
dengan pemain yang lain, karena di babak pertama team Robbin belum mendapatkan
poin dan Robbin pun belum mencetak goal. Seiring bergulirnya waktu Babak
pertama sudah selesai dan ternyata kedudukan masih imbang, yaitu 0-0, hati
Syarah semakin deg-degan, takut kalo team Robbin kalah, meskipunmenang dan
kalahnya sudah ada yang nentuin (Allah swt.). Babak kedua pun dimulai,
berkali-kali Robbin menggiring bola dengan sangat cantik dan berkali-kali pula
hampir mencetak goal, tapi gagal. Tapi, pada akhirnya Robbin pun mencetak goal.
Betapa senangnya hati Syarah saat melihat dengan mata kepalanya sendiri Robbin
dapat mencetak goal. Syarah bersyukur sekali dan sekarang kedudukan 1-0 untuk
teamnya Robbin. Tidak begitu lama, teamnya Robbin pun mencetak goal lagi, tapi
kali ini bukan Robiin yang mencetak goal. Syarah tambah bersyukur, dan di waktu
yang sama juga Robbin cidera dan harus digantikan dengan pemain lainnya. Betapa
terpukulnya hati Syarah saat melihat kejadian tersebut. Tidak begitu lama dari
kejadian itu, wasit membunyikan peluit tanda pemainan telah selesai, dengan
artian, teamnya Robbin yang menang,, walaupun begitu Syarah juga sedih karena
Robbin masih kesakitan dan Syarah berdo’a semoga Robbin cepat sembuh.
Setelah
permainan selesai, Syarah, Rafa, Wati dan teman-temannya pulang. Sesampainya di
rumah, Syarah terus-terusan di ledek sama Rafa.
“ciie, senengnya
team pujaannya menang, apalagi pujaannya sendiri bisa nyetak goal.”
“iya donk kak,
tapi kakak biasa aja donk ga usah kaya gitu banget kenapa .” jawabnya dengan cemberut.
“iya deh, iya…
Syukurannya donk.” Lanjutnya.
“syukuran apaan
? .. Robbin aja ga mengharapkan Suport dari aku kok ka … Dia mengharapkan
support dari Wati, bukan aku kak.” Jawabnya dengan menundukan kepala.
“jangan sedih
gitu kenapa, belum tentu Robbin seperti yang kamu fikirkan, sapa tahu malah
sebaliknya, Robbin sangat mengharapkan support dari kamu tanpa
sepengetahuanmu.” Lanjutnya dengan menenangkan hati adiknya.
“tapi kak, ga
mungkin … Dia aja sekarang deket sama Wati, dia kaya suka sama Wati.” Selanya.
“apa kamu lupa ,
semua orang bisa melakukan apa saja untuk menutup-nutupi perasaannya yang
sebenarnya, dan Robbin juga bisa melakukan hal seperti itu…” jawabnya untuk
meyaknkannya.
“Yakin dengan
ketetapan Allah, kalau memang Robbin diciptakan untuk kamu, pasti dia akan
kembali kepadamu, apapun carana. Ingat itu dik..” lanjutnya untuk menuturi
adiknya.
“iya kak, ..”
jawabnya dengan menundukan kepala dan cemberut.
“Dan perlu kamu
tahu, Robbin juga tadi memakai kaos dengan nomor punggung 17, nah Robbing juga
upload foto memakai kaos bola dengan nomor punggung 17 juga, apa arti dari itu
semua dik, kalo emang Robbin melupakanmu.”
“iya kak, aku
tahu… tapi kenapa setiap kali aku sms dia, walaupun smsnya jarang, kenapa ga
pernah di bales kak ? .. apa arti itu semua juga ? ..” jawabnya dengan
meneteskan air mata.
“kakak tahu
perasaan kamu sekarang dik, kamu mungkin belum bisa nglupain dia 100%, tapi
kakak yakin kamu pasti bisa melupakannya. Berusaha untuk merelakan dia untuk
orang lain dik.”
“sudah kak, aku
sudah berusaha untuk merelakan dia, tapi terkadang bayangan dia selalu
menghantuiku, sulit ka untuk nglupain dia, semakin aku melupakan dia, semakin
kuat rasa sayang aku ke dia ka.” Lanjutnya dengan mengoperasikan hpnya.
“kamu yang sabar
dik, kamu berusaha untuk mencari penggantinya sih, masa sampai sekarang kamu
belum bisa membuka hati kamu untuk orang lain sih ? ..”
“maaf kak, kalo
masalah itu, aku emang belum bisa, aku belum bisa membuka hati aku untuk orang
lain, aku masih mengharapkan dia kembali.” Jawabnya.
“ingat dik,
cinta ga harus memiliki, serahkan semuanya kepada Allah swt.”
Syarah semakin tidak bisa
berkata apa-apa lagi dan akhirnya Rafa pun memeluk Syarah dan berusaha untuk
menenangkan adiknya. Rafa mengerti betapa sakitnya perasaan adiknya saat ini,
walaupun sebenarnya dari dulu Rafa belum mengizinkan adiknya untuk berpacaran
karena takut hal ini akan terjadi kepada adiknya dan ternyata terjadi juga
kepada adiknya.
..oO0selesai0Oo..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar